Juni 06, 2012

WUJUD CINTA SEJATI ADALAH RELA BERKORBAN

Yohanes 3:16, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."

Konsep cinta dan pengorbanan adalah dua kesatuan yang tak terpisahkan. Wujud cinta sejati adalah rela berkorban. Bagaimana manusia menyatakan kasih yang sejati adalah dengan pengorbanannya sepenuh hati dan tanpa paksaan. Sepanjang sejarah manusia banyak contoh mengenai cinta dan pengorbanan manusia sebagai wahyu umum tentang kesejatian cinta. Misalnya, cinta tanah air dengan mengorbankan jiwa raganya membela negara, cinta keluarga dan sesama manusia bisa juga mengorbankan segalanya demi cintanya rela memberikan sebagin anggota tubuhnya untuk kehidupan orang lain, dsb.
Bagaimana dunia mengenal Tuhan dan mempercayai-Nya. Tuhan datang dan memperkenalkan keberadaan diri-Nya kepada manusia. Tidak mungkin manusia akan mengetahui dan mengenal Tuhan yang agung dan mulia tanpa Dia menyatakan diri-Nya sendiri. Bagaimana mungkin kita mengenal dan mempercayai pasangan kita, jika kita atau pasangan kita tidak datang dan menemui satu dengan yang lainnya. Jika Allah tidak memperkenalkan diri-Nya, maka kepercayaan kita hanya sebuah konsep dan ilusi manusia saja. Allah memberikan diri-Nya melalui putra-Nya agar kita mengenal dan mempercayai-Nya. Itulah anugerah-Nya dan itulah yang membuat kita percaya saat ini. Karena Allah dalam Yesus adalah oknum berpribadi, sehingga kita bisa berelasi. Tuhan Allah bukanlah konsep atau dogma yang bisa diserap info mengenai diri-Nya ke dalam pikiran kita. Informasi yang terdapat dalam Alkitab adalah uraian yang mati jika tidak dipimpin oleh Dia sendiri.
Allah adalah kasih. Tuhan yang maha kasih dan Tuhan yang bertanggung jawab pada ciptaan-Nya adalah Tuhan yang rela mengorbankan diri-Nya. Dalam hal ini putra-Nya yang tunggal. Penyataan kasih Allah yang sempurna adalah Yesus mati bagiku dan kita semua. Bagaimana Dia mengasihi manusia, yaitu dengan pengorbanan diri-Nya secara rela. Konsep kasih Tuhan sangat jelas dan tegas. Tetapi bagaimana dunia mengenal adanya Tuhan yang kasih itu. Manusia Yesus adalah wujud nyata dari karakter Tuhan yang tidak nyata. Peristiwa salib adalah wujud keberadaan Tuhan yang sempurna kepada dunia. Tuhan yang kekal menjadi manusia terbatas dan tunduk pada jalan konsep kasih (cinta dan pengorbanan) adalah pernyataan tentang keberadaan dan karakter Allah yang Maha Agung. Allah yang Maha Tinggi menjadi manusia yang maha rendah. Allah yang Maha Kuasa menjadi manusia yang tidak berdaya.
Ketika anak lelaki pertama saya yang masih bayi masuk rumah sakit dan tangannya yang mungil ditusuk jarum diinfus tergerak hati saya untuk rela menggantikan penderitaannya. Oleh karena demam yang tidak turun selama 1 minggu dirumah. Saya akhirnya membawa ke rumah sakit. Setiap malam kami orang tuanya rela tidak tidur untuk menggantikan kompres dikepalanya agar panasnya berkurang. Tetapi ternyata obat dari dokterpun tidak menolong panasnya turun dan dia harus dibawa ke rumah sakit untuk perawatan lebih mendalam.
Selama di rumah sakit bayi saya nampaknya lemah dan tidak berdaya dengan penyakit yang masih belum bisa terdeteksi, walaupun beberapa kali diambil darahnya untuk pemeriksaan laboratorium. Hari demi hari kami melihat perjuangan bayi kami untuk memperoleh kesembuhan. Di dalam pikiran saya berandai-andai sekiranya penyakit yang dialaminya bisa dipindahkan ke dalam tubuh saya lalu dia menjadi sehat, maka saya akan senang sekali melakukannya. Bahkan sekalipun saya mati demi menggantikan penderitaannya, saya juga akan menerimanya dengan senang hati apalagi melihat wajahnya yang polos dan tak bersalah.
Hubungan saya sebagai bapak dan anak bayi kami begitu indah dan alamiah sekalipun interaksinya sangat sederhana. Kerelaan berkorban bukanlah sesuatu yang luar biasa, tetapi kewajaran bila memang kasih itu ada dalam diri kita.
Tentu kasih Allah lebih sempurna dari kasih manusia. Kerelaan diri-Nya mati untuk menggantikan manusia yang dicintainya adalah tidak sulit untuk dipahami bila kita melihatnya dari kacamata love based relationship. Tetapi Allah yang pencipta dan Maha Kuasa menjadi manusia dan menggantikan posisi kita itulah wahyu terbesar dalam sejarah umat manusia akan hakekat Allah yang rendah hati. Cinta-Nya yang sedemikian besar sulit dimengerti, tetapi secara subyektif saya dapat mengerti dalam wahyu umum (cinta saya dan anak saya). Antara pihak yang lebih superior sebagai orangtua dan pihak inferior, seorang anak bayi yang tidak berdaya dan sangat bergantung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar